bintang hijau

Jumat, 25 November 2016

Ambarawa yang Mendunia



Strategi Supit Urang, ampuh memukul mundur pasukan sekutu pada perang Ambarawa. Panglima Sudirman menerapkan taktik ini, sehingga serangan terjadi serempak di seluruh penjuru Ambarawa. Gerakan pasukan pendobrak oleh pasukan pemukul Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang.

Saat Jepang kalah dalam Perang Dunia II, sebagai konsekuensinya menyerahkan Indonesia kepada sekutu. Tentara sekutu di bawah pimpinan Jenderal Bethel pun masuk Semarang sekira 20 Oktober 1945 dengan misi melucuti senjata Jepang, membebaskan tentara sekutu, serta menjaga keamanan dan ketenteraman dengan tidak mengganggu kedaulatan NKRI.

Namun pada kenyataannya, sekutu yang diboncengi Belanda malah bertindak arogan dan berupaya menancapkan kembali kolonialisme di Indonesia. Hal itulah yang menyulut kemarahan rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Ambarawa dan sekitarnya.

Insiden Air di Ambarawa, penyerangan sekutu terhadap markas-markas TKR, hingga penyiksaan dan pembunuhan terhadap rakyat memunculkan semangat nasionalisme dan patriotisme seluruh rakyat Indonesia untuk mengusir sekutu di Bumi Ambarawa.

Pak Dirman yang waktu itu berpangkat kolonel dan menjabat sebagai Komandan Divisi V pun turun ke medan Ambarawa memimpin pertempuran pada tanggal 11 Desember 1945. Pak Dirman langsung memanggil seluruh Komandan Sektor TKR maupun kelaskaran untuk membahas rencana serangan umum dengan menghasilkan keputusan yang sangat penting.

Pertama, siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor pada jam dan detik yang sama. Kedua, serangan dimulai pukul 04.30 pada tanggal 12 Desember 1945. Ketiga, taktik dan strategi yang digunakan adalah “Supit Urang”.

Dalam penerapannya, taktik “Supit Urang” adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang. Gerakan tersebut diikuti dengan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya, untuk selanjutnya supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang. Pasukan yang dikerahkan dalam pertempuran Ambarawa pun tidak sedikit.

1. Resimen Kedu Tengah. Dipimpin oleh Letkol M Sarbini beranggotakan tiga pasukan Batalyon yang masing-masing dipimpin oleh Mayor Suryo Sumpeno, Mayor Kusen dan Mayor A. Yani.

2. Divisi V Purwokarto yang terdiri dari pasukan Batalyon 1 Resimen II Cilacap dipimpin Mayor Sugeng Tirtosewoyo; Batalyon 2 Resimen II Sumpyuh dipimpin Mayor Imam; Batalyon 1 Resimen I Purwokerto dipimpin Mayor Androgi; Batalyon 4 Resimen 1 Banyumas dipimpin Mayor Taram; Batalyon 4 Resimen 1 Kmanjen dipimpin Mayor Wasis; Batalyon 2 Resimen Purwokerto dipimpin Mayor Dirman.

3. Divisi IX Yogyakarta terdiri dari Batalyon 10 dipimpin Mayor Suharto; Batalyon 8 dipimpin Mayor Sarjono; Batalyon 20 dipimpin Mayor Pranoto Reksosamodra; Batalyon 24 dipimpin Mayor Ismullah; Batalyon 17 dipimpin Ngatijo.

4. Divisi X Surakarta dipimpin Letkol Sunarto Kusumodiharjo dan Letkol Suadi Suromiharjo.

5. Divisi IV Salatiga terdiri dari; Batalyon 1 Salatiga dipimpin Mayor Sutarto; Batalyon 2 Kopeng dipimpin Mayor Ashari; Batalyon 3 Ambarawa dipimpin Mayor Sumarto; Batalyon 4 Ungaran dipimpin Mayor Wahyu Rochadi.

6. Diperkuat pula oleh yang tergabung dalam Badan-Badan kelaskaran yaitu Tentara Rakyat Mataram (TRM), Barisan Macan, Laskar Rakyat, BPRI, dan Angkatan Muda Republik Indonesia.

Cerita selanjutnya, penyerangan dadakan yang dilakukan TKR dibantu segenap komponen rakyat Indonesia mengakibatkan sekutu kalang kabut. Pertempuran Ambarawa yang berlangsung dari tanggal 12 sampai 15 Desember 1945 berhasil memukul mundur sekutu dari Ambarawa.

Aksi heroik yang ditunjukkan TKR dengan seluruh unsurnya yang menggunakan senjata dan peralatan seadanya, didukung rakyat melalui Tata Yudha Semi Modern dan taktik “Supit Urang”, berhasil mengusir sekutu dari Bumi Indonesia.

Makanya, 15 Desember memilik makna tersendiri bagi prajurit TNI AD. Dalam pertempuran itu, Pak Dirman menyusun strategi yang andal. Meski kalah jumlah, pasukannya berhasil memenangkan pertempuran dan mempertahankan kemerdekaan NKRI. Pertempuran itulah yang kemudian dikenal sebagai pertempuran Palagan Ambarawa.

Makanya, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1999 dan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/662/XII/1999, ditetapkan tanggal 15 Desember sebagai: Hari Juang Kartika.

Dari pertempuran itulah, TKR sebagai embrio TNI AD langsung mengaplikasikannya dalam perang kemerdekaan tahun 1947-1949, sehingga Belanda dan sekutu mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.

Apa pengaruhnya? Meski Ambarawa daerah kecil, namun pertempuran tersebut memiliki dampak positif dalam perjuangan militer serta berdampak politis terhadap bangsa Indonesia secara nasional.

Faktor keberhasilan, keunggulan taktik, dan teknik infanteri, manajemen pengelolaan operasi administrasi lapangan, logistik lapangan, dan kesehatan serta keterpaduan operasi menjadi kunci keberhasilan dalam pertempuran tersebut. Bahkan, taktik itulah yang sampai saat ini menjadi andalan TNI AD, dan mulai ditiru negara-negara berkembang untuk melawan penindasan.

Pasalnya, sejarah mencatat, pasca pertempuran Ambarawa, strategi dan taktik perlawanan terhadap kaum penjajah dalam beberapa pertempuran lain memiliki perencanaan operasi yang sangat bagus. Sehingga, rentang waktu perlawanan tidak begitu lama dengan jumlah korban di pasukan sendiri dapat diminimalisir.

Banyak yang bisa kita petik dari Ambarawa. Bahkan, untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pasukannya, pada Agustus lalu, Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Benny Indra Pujihastono sempat mengajak jajaran pejabat Kodam/VI Mulawarman, para prajurit dan keluarga nonton film genre drama perang berjudul “Jenderal Soedierman” di XXI Balcony.

“Bayangkan, dalam kondisi sakit, kekurangan persenjataan, kekurangan bekal, bahkan kelaparan, Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya demi menunjukkan ke dunia bahwa TNI masih ada dan kuat. Dari perjuangan Jenderal Soediman yang terkadang berseberangan dengan Presiden Soekarno, akhirnya dunia mengakui bahwa NKRI masih ada, TNI masih kuat. Sayang sekali, belum sempat menikmati hasil perjuangan yang serba maju, Jenderal kita wafat dalam usia yang sangat muda, 34 tahun. Dia tutup usia 29 Januari 1950 karena sakit keras,” kata Benny kepada wartawan, usai nonton waktu itu.

Tak hanya dipakai oleh Indonesia, taktik tersebut ternyata juga ditiru oleh negara-negara di dunia. Jenderal Besar Abduk Haris Nasution lewat bukunya berjudul “Fundamentals of Guerrilla Warfare” benar-benar membuat kalang kabut negara modern.

Salah satunya adalah ketika terjadi perang Vietnam (1957-1975). Perang selama 18 tahun itu telah membuat tentara Amerika Serikat (AS) yang notabene sangat kuat pada Perang Dunia (PD) ke-2 dibuat kalang kabut oleh tentara Vietnam Utara (NVA) dan milisi Vietcong (VC). Meski ditunjang dengan teknologi persenjataan yang super canggih saat itu, yaitu dengan penggunaan rudal air-to-air, namun tentara Amerika Serikat benar-benar dibuat tak berdaya oleh NVA dan VC yang menerapkan “Taktik Gerilya”. Peristiwa ini pun bahkan menjadi aib tersendiri bagi Amerika.

Lantas apa hubungannya buku karangan Nasution dengan perang Vietnam? Yang jelas memang ada kaitannya. Ternyata, Ho Chi Minh, selaku pemimpin besar Vietnam Utara belajar menggunakan Taktik Perang Gerilya dari buku karangan Nasution ini. Luar biasa bukan?

Sampai saat ini, karangan Nasution telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Selain itu juga, buku ini merupakan buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elit bagi militer dunia di Amerika, West Point. Buku itu memang terinspirasi lewat pertempuran Ambarawa.

Tak hanya itu, pasukan TNI AD yang tergabung di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) juga menjadi mentor atau pelatih bagi negara-negara di Afrika Utara, Asia Tenggara, hingga Timur Tengah. Maklum, Kopassus milik TNI AD masuk dalam jajaran tiga pasukan elit terbaik dunia versi Discovery Channel Military.

Kamis, 24 November 2016

Strategi Perang Romawi


Formasi dasar dari taktik bertempur Romawi, adalah mengorganisir pasukan secara disiplin, agar bisa bertempur secara efektif. Kebanyakan komandan militer pada waktu ini biasanya langsung menyerang frontal kearah musuh berdasarkan jumlah dan kekuatan pasukan yang masif, dan keberuntungan. Militer Romawi sadar bahwa mereka tidak selamanya bisa mengandalkan hal ini, kemudian mulai beralih ke strategi cara berperangnya yang terkenal. Setiap situasi, ditangani dengan cara yang berbeda dengan mempertimbangkan medan, kekuatan pasukan lawan, jenis dan spesifikasi (ketersediaan) pasukan romawi sendiri pada saat itu.

Formasi Umum Tentara Romawi

Ini adalah formasi default. Kavaleri (Cavalry) mengapit dua baris kelompok pasukan infantri (setiap baris biasanya terdiri dari lima kelompok infantri). Dibelakang pasukan Infantri ada tujuh kelompok pasukan ringan, dan dibelakangnya, tujuh kelompok pasukan cadangan.
Ketika sedang berjalan (marching), formasi yang digunakan adalah: pasukan Kavaleri berada didepan, diikuti oleh pasukan infantri dalam kelompok yang memanjang. Dibelakangnya adalah kendaraan, bagasi dan pelayan. Dan yang paling belakang adalah unit terpilih (elite) dari kavaleri maupun infantri untuk melindungi serangan dari belakang. Unit-unit ringan kemudian disebar mengelilingi formasi utama ini.

Formasi

Bermacam-macam Formasi Serang-Bertahan pasukan Romawi disesuaikan dengan situasi dan kondisi (Battle Formation), beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

Bentuk Pertama

Taktik ini digunakan untuk medan tempur yang rata, dengan asumsi pasukan romawi saat itu memiliki kelompok sayap (wings) yang kuat. Jika musuh menghindari kelompok sayap ini dan memutarinya, maka ada pasukan cadangan (reserves) yang akan menghadangnya. Begitu kelompok sayap musuh dapat dikalahkan, maka pasukan romawi akan menekan pusat (center) dari pasukan musuh.


Bentuk 1


Bentuk Kedua

Dengan asumsi, sayap kiri lebih lemah, mungkin karena harus mensuport perisai yang berat, serangan dimulai dari sayap kanan, memutari formasi musuh dan menyerang dari belakang. Sayap kiri tetap menjaga formasi, pasukan cadangan menjaga sayap kiri atau serangan musuh ke arah tengah.

Bentuk 2


Bentuk Ketiga

Formasi ini digunakan dalam keadaan yang tidak menguntungkan. Digunakan ketika sayap kiri (biasanya yang terlemah), lebih kuat daripada sayap kanan. Ketika menyerang, sayap kiri, diisi dengan kaveleri terbaik pasukan romawi, menyerang sayap kanan lawan sementara sayap kanannya sendiri tetap menjaga jarak dalam batas yang aman.

Bentuk 3


Bentuk Keempat

Keuntungan dari Formasi ini adalah serangan yang tak terduga. Seluruh pasukan dibawa mendekati pasukan musuh, dimana kedua sayap langsung menyerang kedua sayap musuh. Hal ini biasanya mengagetkan pasukan lawan. Sistem serangan ini, membagi pasukan menjadi tiga bagian, dimana bila musuh selamat dari serangan pertama, bagian tengah pasukan romawi tetap terjaga, dimana kedua sayap bisa berperang secara terpisah.


Bentuk 4


Bentuk Kelima

Formasi ini adalah bentuk variasi dari formasi keempat dengan menempatkan infantri ringan dan pasukan panah didepan formasi tengah.

Bentuk 5


Bentuk Keenam

Ketika jumlah pasukan romawi kalah banyak dibandingkan pasukan lawan, ini adalah formasi yang ‘diharapkan’ bisa berhasil. Sayap kiri dilindungi oleh apa saja yang tersedia. Sayap kanan dilindungi oleh pasukan ringan dan kaveleri. Dengan dua sayap dalam keadaan terjaga baik, pasukan lawan paling kurang harus berpikir banyak sebelum menyerang.

Bentuk 6


Pertempuran ZAMA (Hannibal vs Scipio)


Gambar diatas adalah formasi alternatif pasukan romawi yang dipimpin oleh Scipio ketika menghadapi Hannibal dari Kartago, dalam Pertempuran Zama, 19 Oktober 202 SM.
Pertempuran Zama

Strategi Perang Gerilya



Perang Gerilya merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol: guerrilla yang secara harafiah berarti perang kecil.

Gerilya adalah salah satu strategi perang yang dikenal luas, karena banyak digunakan, selama perang kemerdekaan di Indonesia pada periode 1950-an. A.H. Nasution yang pernah menjabat pucuk panglima Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD) menuliskan di buku "Pokok-pokok Gerilya". Bagi tentara perang gerilya sangatlah efektif. Mereka dapat mengelabui,menipu atau bahkan melakukan serangan kilat. Taktik ini juga sangat membantu dan manjur saat menyerang musuh dengan jumlah besar yang kehilangan arah dan tidak menguasai medan. Kadang taktik ini juga mengarah pada taktik mengepung secara tidak terlihat (invisible). Sampai sekarang taktik ini masih dipakai teroris untuk sembunyi. Jika mereka menguasai medan mereka dapat melakukan : penahanan sandera, berlatih, pembunuhan, hingga menjadi mata-mata. Dan musuh dapat melakukan nomaden, yaitu berpindah-pindah dan menyerang secara bersembunyi tanpa ketahuan oleh lawan.Tokoh besar dalam gerilya ini adalah Jendral Soedirman dari Indonesia bahkan karena siasat nya ini membuat pasukan Belanda ketar ketir ketika melawan pasukan gerilya Indonesia saat itu dan ditiru oleh Ho Chi Minh sehingga Vietnam Utara menang melawan Vietnam Selatan dan Amerika Serikat.

Pokok Pokok Gerilya:
Peperangan Abad ini adalah perang rakyat semesta
Perang Gerilya adalah Perang sikecil/silemah melawan sibesar/sikuat
Perang Gerilya tidak dapat secara sendiri membawa kemenangan terakhir, perang gerilya hanya untuk memeras darah musuh, Kemenangan terakhir hanyalah dapat dengan tentara yg teratur dalam perang biasa, karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif yg dapat menaklukkan musuh

Perang Gerilya biasanya adalah perang ideologi. Perang Gerilya adalah perang rakyat semesta
Akan tetapi Perang gerilya tidak berarti bahwa seluruh rakyat bertempur
perang gerilya adalah adalah perang rakyat semesta, perang militer, politik, sosial-ekonomi dan psikologis

Perang Gerilya tidak boleh sembarang Gerilyaisme
Gerilya berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu merawat dan menyembunyikan gerilya, serta menyidik untuk keperluannya

Gudang Senjata gerilya adalah gudang senjata musuh
Menyimpulkan strategi dan taktik gerilya
Tentara regulerlah yg dapat membawa keputusan hasil perang

Gerilya hanya :
Mengikat dan melelahkannya
Memeras darah keringat urat syarafnya dimana saja dia berada
Siasat gerilya adalah mengikat musuh sebanyak mungkin, melelahkan , memeras daran dan keringantnya sebanyak mungkin

Gerilya adalah : muncul-menghilang, mondar mandir dimana mana, sehingga bagi musuh, dia tiada dapat dicari dimanapun , tapi dapat dirasakan menggempur dimana mana

Siasat Gerilya ; untuk memaksa musuh tersebar-sebar kemana mana menjadi immobil sebanyak banyaknya dan terpaksa mengadakan stelsel perbentengan yg tetap
Salah kalau organisasi pemerintah gerilya bersifat statis

Syarat Pokok perang gerilya ialah rakyat yang membantu, ruangan geografis yg cukup dan adanya perang yg lama
Perlu rakyat yg
Kuat batinnya
Kuat ideologinya
Kuat semangat kemerdekaannya
Kuat semangat perjuangannya
Tabah menderita kesengsaraan perjuangan
Perang rakyat yg total memerlukan pimpinan yg total pula, dan bukan saja pada puncak nasional melainkan juga pada daerah daerah gerilya terbawah
Berikut 5 ahli taktik perang gerilya yang diakui dunia:
1. Jenderal AH Nasution

Jenderal Nasution dikenal sebagai ahli perang gerilya. Pengalamannya sebagai ahli perang gerilya datang setelah persetujuan Renville 17 Januari 1948. Saat itu pasukan Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah. Nasution saat itu sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang. Tentara RI ketika itu memperkirakan Belanda akan mengulangi agresi militer I. Nasution pun menyusun konsep perlawanan rakyat semesta dengan inti perang gerilya.


Jendral Besar AH Nasution
Pada agresi militer II, Nasution diangkat sebagai Panglima Tentara di Jawa. Bermarkas di sebuah desa di Prambanan dan Kulonprogo, Nasution mengeluarkan berbagai instruksi pelaksanaan perang gerilya. Setelah menjadi KSAD, Nasution sempat dinonaktifkan akibat peristiwa 17 Oktober 1952. Nasution diaktifkan kembali pada 1955 dan berjuang melawan berbagai pemberontakan.

Jenderal Nasution dikenal sebagai pengarang buku produktif. Dia banyak menulis buku di antaranya 11 jilid buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Bukunya Pokok-Pokok Gerilya diterjemahkan ke berbagai bahasa asing. Konon, Vietcong belajar dari buku Nasution saat perang melawan Amerika Serikat di Vietnam.

Nasution juga menulis memoar berjudul Memenuhi Panggilan Tugas sebanyak 8 jilid. Nasution meninggal dunia pada 5 September 2000. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata.


2. Vo Nguyen Giap

Pemimpin militer terkemuka Vietnam, Jenderal Vo Nguyen Giap yang pasukannya bisa menundukkan Prancis di Dien Bien Phu, mengungkapkan sejumlah rahasia kekuatan pasukannya.

Pada akhir April 1975, pasukan Vietnam Utara berhasil membuat pasukan AS dan pasukan Vietnam Selatan bertekuk lutut. Peristiwa ini ditandai dengan simbol menyedihkan bagi Amerika ketika Dubes AS untuk Vietnam Selatan terbang dengan helikopter dari atap bangunan kedutaannya.



Vo Nguyen Giap
"Kami dipaksa untuk menghadapi imperialis agresif paling kuat dan kejam. Perang berlangsung selama lima pemerintahan dari lima presiden dan menghadapi kami dengan kekuatan tak setara," kata Vo.

"Tanpa memegang senjata, Vietnam bisa berdiri dan menghancurkan rantau perbudakan dan kemudian mengalahkan dua imperialis besar untuk membebaskan bangsa dan rakyat. Mari kita melihat kembali ke dalam ribuan tahun sejarah, mempelajari kebudayaan nasional serta tradisi serta warisan kemiliteran bangsa Vietnam, sekaligus kecenderungan revolusioner Vietnam."

Menurutnya kekuatan bangsa Vietnam terletak pada pengembangan falsafah kehidupan dan kebudayaannya dengan patriotisme pada intinya, (yang menghasilkan) keinginan tidak menyerah untuk berjuang. Kekuatan ini telah dimanfaatkan untuk mengatasi kekerasan alam dan agresi asing.

Jenderal Vo mencatatkan dirinya dalam sejarah kemiliteran Vietnam karena strategi-strategi militernya sangat cemerlang, seperti pengepung pasukan Prancis di Dien Bien Phu tahun 1954 dan Serangan Tet (Tet Offensive) terhadap AS di Vietnam Selatan tahun 1968. Strategi andalannya adalah perang gerilya.


3. Che Guevara

Ernesto Che Guevara lahir pada 14 Juni 1928. Dia lebih dikenal sebagai El Che atau Che. Dia seorang revolusioner, dokter, intelektual, pemimpin gerilya, diplomat, sekaligus ahli militer. Dia disukai dan dibenci banyak orang.


Che Guevara

Che Guevara bisa berarti cinta atau benci. Bagi sebagian orang, nama ini sama dengan perjuangan kebebasan, namun buat yang lain berarti pembunuhan. Nama asli Che adalah Ernesto Lynch. Sewaktu muda Che dijuluki 'Chanco' (babi) karena jarang mandi, sehingga badannya bau. Dia berganti kaus oblong sekali saban pekan.

Che menulis buku Guerilla Warfare setelah revolusi Kuba. Buku itu diterbitkan pada 1961. Buku karangan Che menjadi panduan bagi gerilyawan di seluruh dunia. Banyak yang menyebut prinsip gerilya Che hampir mirip seperti isi buku Mao. Tapi Che mengaku tidak pernah membaca buku Mao.


4. Mao Zedong

Mao Zedong merupakan pemimpin Partai Komunis China. Dia menjadi Presiden Republik Rakyat China pada 1949. Pada masa dia berkuasa, rakyat China hidup di bawah tekanan tangan besinya.


Mao Zedong
Pada perang sipil di China melawan kubu nasionalis, Mao memunculkan strategi yang sering diadopsi banyak pihak sebagai strategi perang gerilya. Prinsip strategi perang Mao adalah, saat lawan maju, kami mundur. Saat musuh berkumpul, kami mengusik. Saat musuh lelah, kami menyerang. Saat musuh mundur, kami mengejar. Salah satu slogan yang marak digunakan sebagai perlambang strategi Mao adalah tarik lenganmu sebelum memukul. Dengan cara ini pukulan yang keluar akan lebih dahsyat.


5. Lawrence of Arabia

TE Lawrence atau Lawrence of Arabia adalah seorang petualang dari Inggris, ahli strategi militer. Dia juga menulis mahakarya "The Seven Pillars of Wisdom" (1927). Dia menggalang revolusi Arab dan memulai perlawanan terhadap Turki.


TE Lawrence

Dia berperan dalam membantu Arab kala berhadapan dengan Turki semasa Perang Dunia I.

Dia memperkenalkan teori taktik gerilya di sebuah artikel yang ditulisnya pada tahun 1938. Dalam artikelnya dia membandingkan pejuang gerilya dengan gas. Gerilyawan berjuang di daerah operasi secara acak. Mereka atau selnya menduduki tempat inti yang sangat kecil sementara molekul gas menempati tempat inti terkecil di wadahnya.

Gerilyawan dapat bergantung dengan kelompok untuk tujuan taktis tetapi posisi pimpinan tersebar. Pejuang seperti itu sangat sulit dikalahkan.

Perjuangan Lawrence difilmkan dalam "Lawrence of Arabia" dirilis pertama kali pada tahun 1962 dengan aktor Peter O''Toole sebagai pemeran tokoh sejarah itu. Film tersebut berhasil mendapatkan 7 Oscar termasuk film terbaik dan sutradara terbaik untuk David Lean.

Minggu, 20 November 2016

Strategi Perang Jawa Kuno



 
 Ilustrasi Perang/pernakpernik.net

Berbicara mengenai perang maka tidak terlepas dari strategi perang yang dipakai dalam suatu peperangan. Kata strategi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani strategos, yang secara sempit dirumuskan sebagai “seni seorang jenderal”. Istilah itu muncul karena pada mulanya strategi berkaitan dengan siasat militer bagaimana seorang jenderal berusaha mengelabui musuh, dan membagi-bagi pasukannya dalam perang. 

Dalam teori perang, strategi dan taktik umumnya ditempatkan dalam dua kategori yang berbeda. Dua bidang ini secara tradisional dirumuskan menurut dimensi yang berbeda. Strategi berkenaan dengan ruang yang luas, jangka waktu yang lama, serta gerak militer besar-besaran; sedangkan taktik merupakan aplikasi dari strategi. 

Dengan demikian, strategi diartikan prelude (pendahuluan) sebelum terjun ke medan pertempuran, sedangkan taktik adalah kegiatan di medan perang.

Dari kesusateraan Jawa Kuno terdapat bukti bahwa orang pada masa itu telah mengenal strategi perang, antara lain dari kakawin Bhāratayūddha, yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Jayabhaya dari Kerajaan Kadiri pada tahun 1019 Śaka (1157 M.)

Kakawin ini menuliskan tentang bermacam-macam jenis byūha/wyūha (strategi perang) yang dilakukan oleh Pandawa dan Kurawa dalam peperangan yang langsung berhadapan dengan musuh atau serangan frontal.

Jenis-jenis wyūha yang terdapat dalam kakawin Bhāratayūddha(Wiryosuparto 1968:31–40):

Wajratiksna wyūha (kiri) dan wukir sagara wyūha (kanan)

Garuda wyūha
Makara wyūha & cakra wyūha

Padma wyūha
Ardhacandra wyūha
Kānana wyūha


Strategi perang tersebut bersumber dari kesusasteraan India (Arthasastra), karena pengaruh Hindu sangat kental saat itu.  Pada perkembangannya kemudian, saat VOC masuk Indonesia meneliti strategi dan taktik perang raja-raja Jawa. Kesimpulannya adalah:

1. Penyerbuan secara tiba-tiba
2. Merobohkan pohon-pohon ke jalan raya sehingga jalan tertutup  dan menghalangi serangan musuh.
3. Memutuskan suplai makanan (logistik) agar musuh dipaksa menyerah karena kelaparan
4. Memutuskan suplai air dari bendungan (lihat Schrieke, 1957: 132-135)


Senin, 14 November 2016

36 Strategi Perang

Apa itu "36 Strategi Perang"???

"36 Strategi Perang" adalah buku intisari sejarah kebudayaan Tiongkok kuno yang bermasa kurang lebih 5000 tahun lamanya yang berisikan karya-karya besar mengenai ilmu seni kemiliteran, ideologi perjuangan, pengalaman dan strategi perang yang menghimpun semua taktik. strategi seni perang ahli militer Tiongkok kuno. Selain itu, buku ini juga berisikan filsafat yang sangat bernilai dan menjadi pelajaran bagi kita.
"36 Strategi Perang" ini terdiri dari 6 bab dan setiap bab terdiri dari 6 strategi, yaitu:
Bab 1: 勝戰計 (Srategi Kemenangan)
Siasat ini adalah yang paling bersifat terang-terangan dan karena itu paling mudah ditebak. Supaya berhasil, Anda harus sering berada pada posisi kuat ketika memulainya, dan sekalipun begitu, siasat ini mungkin berakibat sebaliknya. Pada umumnya, siasat ini bersandar pada asumsi kekuatan superior untuk mengepung lawan, waktu, dan makanan selama beristirahat selagi menunggu musuh menjadi lelah, tenaga manusia untuk berpura-pura menyerang ke satu arah padahal sesungguhnya menyerang ke arah lain.
1. 瞞天過海 (Mengarungi Lautan dengan Muslihat)
2. 圍魏救趙 (Mengepung Negara Wei untuk Menyelamatkan Negara Zhao)
3. 借刀殺人 (Menyingkirkan Lawan dengan Memperalat Orang Lain)
4. 以逸待勞 (Menyimpan Tenaga Sementara Musuh Kelelahan)
5. 趁火打劫 (Menjarah Rumah yang sedang Terbakar)
6. 聲東擊西 (Berpura-pura ke Timur, tetapi Menyerang ke Barat)

Bab 2: 敵戰計 (Strategi Menyerang Musuh)
Konfrontasi sering melibatkan dua pihak yang kekuatannya agak berimbang. Mengubah keseimbangan ini membutuhkan muslihat yang lebih banyak, dan dengan demikian lebih rumit. Siasat dalam bagian ini bergantung pada kerahasiaan dan penipuan membuat musuh meremehkan Anda, menyerang secara diam-diam dari belakang, infiltrasi, dan memanfaatkan jalan untuk melarikan diri.
7. 無中生有 (Tidak Ada Menjadi Ada)
8. 暗渡陳倉 (Secara Diam-diam Menduduki Kota Chen Cang)
9. 隔岸觀火 (Pantau Api yang Terbakar Sepanjang Sungai)
10. 笑裡藏刀 (Didalam Senyuman Tersembunyi Pisau)
11. 李代桃僵 (Pohon Plum Mati Menggantikan Pohon Persik)
12. 順手牽羊 (Sambil Lalu Menuntun Kambing)
Bab 3: 攻戰計 (Strategi Penyerangan)
Menyerang merupakan proposisi yang paling sulit dalam peperangan karena membukakan diri terhadap daya tembak musuh. Kebanyakan korban jatuh dalam penyerangan. Siasat dalam bagian ini mencoba untuk meminimalkan risiko keterbukaan melalui teknik, mulai dari pengamatan dan penyembunyian maksud hingga pikatan halus dan penyerangan langsung.
13. 打草驚蛇 (Memukul Rumput Mengagetkan Ular)
14. 借屍還魂 (Meminjam Mayat untuk Membangkitkan Semangat)
15. 調虎離山 (Memancing Harimau Keluar Gunung)
16. 欲擒故縱 (Melepaskan Musuh untuk Menangkapnya Kembali)
17. 拋磚引玉 (Melempar Batu untuk Mendapatkan Giok)
18. 擒賊擒王 (Menghancurkan gerombolan Penjahat dengan Menangkap Pemimpinnya)
Bab 4: 混戰計 (Strategi Membingungkan)
Keadaan kacau atau semrawut yang melibatkan berbagai kekuatan yang bertentangan memerlukan permainan kepentingan dan hubungan yang kompleks. Siasat dalam bagian ini mengakui bahwa aliansi berdasarkan jangka pendek mungkin dibutuhkan untuk menaklukkan lawan, sedangkan aliansi di antara lawan mungkin harus dipatahkan. Siasat ini menerapkan teknik seperti negosiasi dan tawaran perdamaian yang dikombinasikan dengan ancaman, manipulasi terhadap pihak ketiga, dan cara-cara memecah-belah.
19. 釜底抽薪 (Mengambil Kayu Bakar dari Bawah Periuk)
20. 混水摸魚 (Menangkap Ikan di Air Keruh)
21. 金蟬脫殼 (BagaikanUir-uir Melepaskan Kulitnya)
22. 關門捉賊 (Menutup Pintu untuk Menangkap Pencuri)
23. 遠交近攻 (Bersahabat dengan yang Jauh dan Menyerang yang Dekat)
24. 假道伐虢 (Meminjam Jalan untuk Menyerang Negara Guo)
Bab 5: 並戰計 (Strategi Penggabungan)
Tujuan dasar bagian siasat ini diringkaskan dalam ungkapan Cina, "Menelan seperti ikan paus dan mengunggis bagaikan ulat sutera." Dengan cara bagaimanapun juga, tujuannya adalah mendapatkan apa yang dikuasai oleh orang lain. Untuk memncapai tujuan, siasat ini memanfaatkan teknik pergantian taktik, pengalihan perhatian, pemberian gambaran yang salah, dan jebakan.
25. 偷梁換柱 (Mencuri Balok Penyangga dan Menukar Pilar)
26. 指桑罵槐 (Menunjuk Pohon Murbei tapi Menghukum Pohon Locust)
27. 假癡不癲 (Berpura Pura Gila, Tetapi Tetap Pintar)
28. 上屋抽梯 (Pindahkan Tangga Setelah Musuh Sampai Atap)
29. 樹上開花 (Menghias Pohon dengan Bunga-bungaan)
30. 反客為主 (Tamu Menjadi Tuan Rumah)
Bab 6: 敗戰計 (Strategi Memanipulasi Perang)
Siasat ini dirancang untuk pihak yang lemah dan boleh jadi merupakan jalan terakhir dalam suatu keadaan darurat. Siasat ini mensyaratkan kecurangan, gertakan, dan sikap berpura-pura berani, dan bahkan pembinasaan diri sendiri. Bila lima dari siasat-siasat ini gagal, orang dapat selalu mecoba yang terakhir... lari.
31. 美人計 (Strategi Perempuan Cantik)
32. 空城計 (Strategi Kota Kosong)
33. 反間計 (Strategi Mengadu Domba)
34. 苦肉計 (Melukai Diri sendiri untuk Mendapat Kepercayaan Musuh)
35. 連環計 (Strategi Tipu Muslihat Berantai)
36. 走為上 (Melarikan Diri)
Demikianlah isi dari "36 Strategi Perang"

Tunggu penjelasan lebih rinci di postingan selanjutnya ya!!!